Selasa, Oktober 14, 2008

KEMOTERAPI KEEMPAT

10 s.d. 13 September 2008

CT-scan thorax menjadi salah satu prosedur sebelum menjalani kemoterapi keempat. Dari hasil CT-scan ini, pengobatan kanker paru dengan kemoterapi dievaluasi, terutama evaluasi terhdapa tingkat keberhasilan kemoterapi. Prosedur lainnya – seperti pemeriksaan urine dan darah-tetap dijalani. Mulai saat ini, Dokter yang menangani isteriku adalah dr. Endah, Sp.P

Dari hasil CT-scan ini, dokter radiologi di RS Persahabatan menyatakan bahwa ada pengecilan ukuran lesi (tumor) di paru kiri. Pengecilan diperkirakan mencapai 50%. Ada rasa syukur kehadirat Allah SWT atas kenyataan ini. Aku berfikir bahwa ini adalah buah dari do’a-do’a yang dimohonkan, dari TNJ dan spirulina yang terus dikonsumsi, dari ketabahan dan ketawakallan, dan dari dukungan keluarga, kerabat, dan kawan-kawan.



Paska kemoterapi ketiga, efek kemoterapi tidak terlalu dirasakan. Tidak seperti kondisi paska kemo sebelumnya. Diare dan mual serta hilangnya selera makan memang ada selama 3 hari paska kemo ketiga.
Prosedur untuk rawat inap dan kemoterapi keempat di RS Persahabatan masih seperti prosedur sebelumnya. Obat-obatan untuk kemoterapi juga masih terdiri dari 8 botol anzatax dan 2 botol carboplatin. Tetapi, aku harus mendapatkan satu kantong darah B dari PMI karena ketika pemeriksaan darah, hemoglobin isteriku dibawah ambang batas toleransi kemo. Untuk prosedur permintaan darah ini, aku mendapatkan pengantar dari Ruang Soka Bawah tempat isteriku dirawat. Surat Pengantar ini dibawa ke PMI yang letaknya didalam areal laboratorium 24 jam RSP. Beruntung karena persediaan darah B di laboratorium ini mencukupi.
Darah ini dimasukkan ke tubuh isteriku melalui selang infus selama 4 jam.

Kemo mulai dilaksanakan pada Kamis malam tanggal 15 September pkl.00.00 WIB dan berakhir pada Jum’at malam. Hari Jum’at sore aku menyelesaikan semua pembiayaan perawatan. Satu hari paska pelaksanaan kemo, dilakukan punksi pleura karena berdasarkan hasil rontgen paru kiri ternyata masih terdapat banyak cairan. Dari punksi kali ini, cairan yang berhasil dikeluarkan mencapai + 750cc.
Sore hari-nya kami diizinkan pulang.
Baca Selengkapnya...

Hadiah Buku dan Terapi Bekam

Beberapa hari lalu paska kemoterapi ketiga, Amrullah-temen kuliah dulu yang sama-sama di Kantor pusat memberikan sebuah buku bagus. Buku itu berjudul “Zikir Menyembuhkan Kankerku” karangan Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, MA. Buku yang mengisahkan pengalaman seorang penderita Kanker Ganas yang telah divonis hanya bertahan hidup selama 3 bulan dan maksimal 1 tahun.


Banyak pelajaran yang bisa diambil setelah membaca buku itu. Untuk melawan kanker, memang diperlukan perjuangan yang gigih dalam menjalani terapi-nya. Selain itu, kekuatan do’a juga mengambil peran penting. Mungkin inilah yang sering dikatakan faktor medis dan non medis. Alhasil, sang penulis bisa bertahan hidup sampai sekarang, padahal pada tahun 1997 dia sudah divonis hanya bertahan hidup paling lama 1 tahun.
Buku itu menjadi salah satu motivasi diri untuk tetap berusaha berjuang melawan penyakit. Seberat apapun penyakit itu,. karena menurut Islam semua penyakit ada obatnya.

Terapi Bekam
Hari Selasa (9/9) sore kami meninggalkan Bogor menuju Jakarta. Kami singgah di Klinik Herba Thibbun Nabawi milik ustadz Slamet di Jl. Kayu Manis II, Jakarta Timur di belakang Masjid Attaqwa. Kami sudah bikin janji untuk dilakukan terapi bekam (hijamah), salah satu terapi cara Rasulullah yang kami yakini bisa mengobati berbagai macam penyakit.

Aku sendiri sudah merasakan keberhasilan terapi bekam untuk mengobati sakit maag. Sekitar tahun 2005, ketika masih di Kota Tanjungbalai, aku mengidap penyakit maag. Terapi medis dengan cara pemberian antasida ternyata hanya sebatas meredakan nyeri lambung beberapa saat. Sebenarnya sudah lama aku ingin mencoba terapi Rasulullah ini, tapi di Tanjungbalai ketika itu aku tidak menemukan ahli bekam. Ketika tahu bahwa di Kota Kisaran (+ 23 km dari Tanjungbalai arah ke Medan) telah berdiri klinik bekam (Fatahillah Ruqyah Center), aku mendatanginya. Aku pun diterapi. Alhamdulillah, sejak saat itu penyakit maag-ku sembuh. Sampai sekarang, aku tidak lagi merasakan nyeri lambung akibat maag. Bahkan makanan pantangan untuk orang berpenyakit maag sudah bisa kunikmati.

Hari ini, di Klinik ini, Ike diterapi bekam. Kami hanya punya keyakinan bahwa pengobatan hijamah (bekam) ini adalah pengobatan yang diajarkan Nabi. Pasti ada rahasia positif yang terkandung didalamnya. Kelak, kami juga akan melakukan terapi ruqyah. Waktu yang dibutuhkan sekitar satu jam untuk terapi ini. Pasien wanita ditangani oleh terapis perempuan, sedangkan terapis pria menangani pasien pria.
Usai diterapi bekam, kami berbincang dengan beberapa orang terapis, termasuk ustadz Slamet, Pengelola klinik thibbun nabawiy.

Kami menginap di klinik ini. Letaknya sekitar 3 km dari RS Persahabatan, sehingga kami bisa lebih pagi tiba RSP keesokan harinya yang memang dijadwalkan untuk CT-scan Thorax dengan kontras.
Baca Selengkapnya...