Senin, Juli 28, 2008

Launching SANG MUROBBI

Hari ini, adalah hari yang memang kami tunggu sejak beberapa waktu yang lalu. Hari ini Film Dakwah "Sang Murobbi" di-launching, kami memang berharap bisa menghadiri acara ini, termasuk acara Pekan Tarbiyah. Tetapi kehendak Allah SWT lain. Hari ini kami justru ada di UGD RSP. Di Blog ini, aku menampilkan trailer movie-nya di bagian sidebar, sedangkan ulasan dan berita lainnya tentang film ini hanya ku-copy paste dari situs http://www.sangmurabbi.com/

Sinopsis


Bismillahirrahmanirrahiim...
Sang Murabbi adalah program film Majelis Budaya Rakyat yang mengangkat kekayaan spiritual, pengalaman dakwah, dan humanisme para ulama pejuang Indonesia.

Film ini berkisah tentang perjalanan dakwah Ustadz Rahmat Abdullah. Berawal dari persepsi positif Ustadz Rahmat muda tentang profesi guru, yang merupakan rekfleksi cita-citanya saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Setiap kali ditanya orang, apa cita-citanya, ia akan menjawab dengan mantap: menjadi guru!

Persepsi itu kemudian menjadi elan vital yang menggerakkan seluruh energi hidup Ustadz Rahmat, ketika ia menimba ilmu di pesantren Asy Syafiiyah di bawah asuhan KH Abdullah Syafii. Bakat besar dan pemikirannya yang brilian, menjadikan Ustadz Rahmat dikagumi oleh setiap orang, terutama gurunya, KH Abdullah Syafii, yang menjadikan Ustad Rahmat muda sebagai murid kesayangannya.

Ustadz Rahmat muda mulai merintis kariernya sebagai guru selulus dari Asy Syafiiyah. Selain di almamaternya, ia juga mengajar di sekolah dasar Islam lainnya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Perjalanan karier yang dipilihnya itu kemudian mempertemukannya dengan guru keduanya, Ustadz Bakir Said Abduh yang mengelola Rumah Pendidikan Islam (RPI). Melalui ustadz lulusan pergururan tinggi di Mesir itu, Ustadz Rahmat banyak membaca buku-buku karya ulama Ikhwanul Muslimin, salah satunya adalah buku Da'watuna (Hasan Al-Bana) yang kemudian ia terjemahankan menjadi Dakwah Kami Kemarin dan Hari Ini (Pustaka Amanah).

Situasi ini, membuat potensi bakat Ustadz Rahmat Abdullah melejit dengan banyaknya referensi bacaan yang ia konsumsi, mulai dari kitab Arab klasik yang sudah sulit dicari, sampai buku-buku sastra dan budaya. Ia pun dikenal sebagai dai yang lengkap, karena tidak cuma menguasai ilmu-ilmu Islam yang “standard” tetapi juga persoalan-persoalan kontemporer.

Potret paripurna kedaian Ustadz Rahmat terlihat ketika ia membina para pemuda di lingkungan rumahnya di kawasan Kuningan. Ustadz Rahmat menggunakan pendekatan yang masih sangat langka di kalangan dai, yaitu dengan grup teater yang didirikannya. Para pemuda itu diasuhnya dalam organisasi bernama Pemuda Raudhatul Falah (PARAF) yang menghidupkan masjid Raudhatul Falah di bilangan Kuningan dengan kegiatan-kegiatan keislaman.

Pementasan grup teater binaan Ustadz Rahmat muda itu mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Salah satunya adalah pementasan berjudul Perang Yarmuk. Pada pementasan inilah, Ustadz Rahmat dan para pemuda PARAF harus berhadapan dengan aparat yang mencoba membubarkan pementasan.

Akibat pementasan itu, Ustadz Rahmat dikenai wajib lapor. Tapi, hingga hari ini, Ustadz Rahmat tidak pernah mau meladeni aturan yang menindas kebebasan itu.

“Saya tidak akan pernah datang ke kantor kalian,” kata Ustadz Rahmat kepada Suryo, seorang aparat yang bertugas menyatroninya. “Kalau ibu saya yang memanggil, baru saya mau datang.”

Keteguhan pada prinsip dan ketegasan sikapnya itulah yang membuat Suryo ngeper. Hingga bertahun kemudian keteguhan dan ketegasan itu tetap terpelihara dengan baik, meski Almarhum harus terlibat dalam wasilah (sarana) dakwah bernama partai. Ia tetap dikenal sebagai guru ngaji, inspirator kaum muda yang progresif dan berpikiran jauh ke depan. Undangan daurah satu ke daurah yang lain tetap disambanginya. Tak ada yang berubah, termasuk ciri khas yang menjadi warisan dari kedua orang tuanya yang mulia: kesederhanaan.

Ustadz Rahmat memang berada di jenjang tertinggi partai, serta terpilih pula sebagai wakil rakyat di DPR pusat. Namun, ia kerap dipergoki sedang menyetop bus kota untuk mendatangi sebuah undangan. Ia kerap terlihat jalan kaki untuk jarak yang cukup jauh. Tak ada yang berubah, karena ia sadar betul bahwa langkah itulah yang dimulainya dulu sebagai permulaan di jalan dakwah.

Hingga akhirnya, di sebuah hari yang sibuk dan berat, Ustadz Rahmat merasakah tanda-tanda kesehatannya terganggu. Namun, rasa tanggung jawabnya yang besar terhadap amanah dakwah, membuat ia tak begitu mempedulikan tanda-tanda itu.

Ia masih terlibat dalam sebuah syuro penting. Lalu, saat adzan berkumandang dan ia beranjak untuk memenuhi panggilan suci itu, ia berjalan ke tempat wudhu. Saat berwudhu, tanda-tanda itu makin kuat, menelikung pembuluh darah di bagian lehernya. Ia coba untuk menyempurnakan wudhunya, tapi rasa sakit yang merejam-rejam kepalanya membuatnya limbung.

Disaksikan oleh Ustadz Mahfudzi, salah seorang muridnya, Ustadz Rahmat nyaris terjatuh. Ustadz Mahfudzi cepat memapahnya, lalu mencoba menyelamatkan situasi. Tetapi Allah lebih sayang kepada Ustadz Rahmat Abdullah. Innalillahi wa innailaihi raaji'uun...Syaikhut Tarbiyah itu meninggalkan kita dengan senyum yang amat tulus...hujan air mata dari seluruh pelosok tempat mengiringi kepulangan beliau.
Baca Selengkapnya...

Satu Hari di UGD

Hari Ahad (27 Juli 2008), Ike dibawa ke Unit Gawat Darurat RS Persahabatan, setelah dini hari merasakan sedikit sesak di bagian dada. Ada beberapa pertimbangan kami mengapa Ike dibawa ke RS Persahabatan di Jakarta Timur, yang letaknya relatif jauh dari Bogor.


Jam 8 pagi kami berangkat ke Jakarta dengan menggunakan KRL Ekonomi AC. Jadwal Pakuan yang interval biasanya 15 s.d. 30 menit, tidak berlaku untuk hari Ahad atau hari Libur. Beberapa keberangkatan Pakuan Bogor ke Jakarta memang dibatalkan pada hari libur.
Setelah menempuh perjalanan +/- 55 menit, kami sampai di Stasiun Cikini. Dari stasiun ini, kami menggunakan Taksi ke RS Persahabatan. Hari Ahad memang kondusif untuk melakukan perjalanan di Jakarta. Hari-hari kerja yang biasanya macet, tidak kami alami pada hari Ahad ini. Sekitar 15 menit, kami sudah tiba di UGD RS Persahabatan.

Di UGD, aku mendaftarkan di Bagian Pendaftaran Pasien UGD dengan melampirkan fotokopi kartu Askes Ike. Setelah membayar biaya pendaftaran sebesar Rp5.000,-, aku kembali meng-konfirmasi pembayaran itu ke loket pendaftaran. Setelah itu, aku mencari ranjang dorong sendiri. Memang begitu prosedurnya.

Baru kali ini aku masuk ke Ruangan UGD. Semua tempat tidur penuh oleh Pasien UGD, dan Pasien lain yang belum memperoleh kamar untuk rawat inap. Ada 3 orang bayi yang dirawat di ruangan itu, selain Pasien dewasa. Sangat perlu menggunakan masker di tempat seperti ini, untuk jaga-jaga supaya tidak tertular penyakit. Aku meperhatikan personil perawat dan dokter di ruangan ini, mereka sangat (dituntut) untuk cekatan dan ekstra sabar. Bisa dibayangkan betapa sibuknya ketika hanya 3 orang dokter dan 3 orang perawat menangani puluhan pasien di satu ruangan yang penuh dengan peralatan medis.

Hal Pertama yang dilakukan terhadap Ike adalah memasang botol infus. Beberapa cc darah juga diambil untuk dibawa ke Laboratorium UGD. Sambil menunggu hasil test darah yang lamanya 2 jam, aku menyiapkan Ike untuk di-foto rontgen. Hasil foto menunjukkan bahwa terdapat cairan pleura, persis seperti gambar pada tanggal 9 Juli lalu - yang aku ambil dari Ruang Soka Bawah, tempat Rawat Inap Ike. Petugas di Loket Pendaftaran dan Petugas Rontgen sangat membantu. Aku juga diberi resep oleh dokter yang isinya peralatan untuk pungsi (pengeluaran cairan pleura). Peralatan ini tidak ditanggung Askes.

Setelah hasil laboratorium atas test darah kuambil pada jam 2, Ike dipindahkan ke ruangan tindakan untu dilakukan pungsi dengan bius lokal di bagian punggung. Selama hampir setengah jam, cairan yang diambil mencapai 1,5 liter. Setelah di ambil, Ike merasakan plong di bagian dada yang tadi malam sesak. Tapi rasa nyeri di bagian dada itu masih ada. Jam 5 sore, setelah pungsi, silaturahmi ke Soka Bawah, dan sholat ashar, kami pulang ke Bogor. Supaya agak santai, kami menggunakan Pakuan terakhir dari Stasiun Gondangdia.
Baca Selengkapnya...

Selasa, Juli 22, 2008

TAHITIAN NONI JUICE (TNJ)

Tahitian Noni® adalah suatu merek yang produk-produknya berbahan dasar daun & buah noni. Pemerosesannya dikerjakan dengan sangat teliti berdasarkan hasil riset yang dapat dibuktikan. Perusahaan Tahitian Noni International (TNI) merupakan Perusahaan yang pertamakali memasarkan produk berbahan dasar noni ke dunia, memiliki laboratorium serta tempat pemrosesan terbesar, research center, memiliki teknologi tinggi yang dikhususkan untuk mengolah tanaman noni.

Hingga sekarang riset-riset terus dilakukan oleh banyak lembaga independen, rumah sakit, para peneliti, dan Universitas di dunia. Khasiat Tahitian Noni sangat baik, dan telah terbukti dari penelitian secara klinis. TNI menjadi satu-satunya perusahaan yang memegang gelar "The Expert in Noni". Perkembangannya tercatat dalam sejarah dunia bisnis global moderen sebagai "The fastest growing company", no.1 di dunia, dengan menguasai 95% pangsa pasar dunia. Produk unggulan TNI yakni Tahitian Noni® telah diuji oleh praktisi medis di dunia. Pada tahun 1996 peusahaan TNI mulai berdiri dan membawa keajaiban dari tanaman noni kepada dunia, menggabungkan peninggalan kuno dengan ilmu pengetahuan modern.

Tahitian Noni mengandung zat yang disebut PROXERONINE yang merupakan bahan baku dari alkaloid XERONINE. PROXERONINE dalam juice noni diserap oleh tubuh dan diolah menjadi XERONINE dengan menggunakan enzim PROXERONINASE dan XEROTONIN yang ada di dalam tubuh. XERONINE merupakan alkaloid hidup yang akan diserap oleh sel-sel tubuh. XERONINE mengaktifkan kembali sel-sel yang mati sehingga proses respirasi dari sel kembali berjalan, nutrisi yang kita konsumsi akan diserap sempurna dan kotoran dari sel akan dikeluarkan dari tubuh sehingga sel-sel yang sakit akan disehatkan. Tahitian Noni Juice akan menyeimbangkan atau menormalkan kembali fungsi tubuh.

Aku banyak memperoleh informasi tentang TNJ ini di http://noni.web.id

Hari Sabtu pagi aku browsing untuk memperoleh TNJ di Bogor. Alhamdulillah ketemu. Dan hari ini aku bisa mendapatkan 2 botol TNJ untuk dikonsumsi. Tapi, sesuai arahan IPC di Bogor (Pak Piter), cara mengkonsumsinya tetap 500ml sehari dengan dosis 60ml sekali minum sebanyak 8X sehari.

Semoga Allah memberikan kesembuhan kepada isteriku....

Baca Selengkapnya...

KONDISI PASKA KEMOTERAPI

Hari Kamis, sehari setelah kemoterapi, kondisi fisik isteriku masih fit. Belum terasa tanda-tanda efek samping dari kemoterapi. Hari ini isteriku masih mengkonsumsi TNJ dengan dosis 250ml sekali minum, sehari 2X.

Stok TNJ kami mulai menipis, hari itu adalah botol terakhir yang ada. Aku mencoba menghubungi Ust.Slamet yang selalu mengirimkan TNJ ke RSP. Tapi stok Beliau juga kosong. Ada informasi bahwa TNJ yang baru diimpor masih tertahan di dalam kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok. Kupikir, mungkin dalam satu atau dua hari ini sudah kembali kudapatkan.
Kamis malam, ternyata efek kemo mulai terasa. Isteriku mengeluh rasa sakit yang teramat sangat di sekujur tubuhnya, sedikit pusing, tapi tidak mual. Terpaksa, obat nyeri yang mengandung codein 10mg dikonsumsi. Rasa sakit ini dialami hampir sepanjang malam.

Hari Jum'at, hari kedua setelah kemo. Rasa sakit itu masih dirasakan. Tapi kami tetap merencanakan pulang hari ini. Jam 9 pagi aku minta untuk di-print-kan billing semua biaya perawatan. Enam halaman billing itu ditutup dengan angka 11.700.000-an sebagai biaya total perawatan. Billing ini kubawa ke Loket Askes, setelah menunggu 15menit, rincian biaya versi Askes-yang tentunya lebih kecil dari billing versi RSP-diserahkan oleh Petugas Askes. Aku menyetor biaya perawatan ini ke BRI unit Persahabatan. Tak sampai 15 menit, bukti setor ini kuterima, dan kukonfirmasikan ke loket Askes lagi. Dari sini, aku kembali ke Ruang Soka Bawah untuk menunjukkan kuitansi pembayaran.

Ba'da Sholat Jum'at, adikku-Nanung dan Ivah-isterinya, menjemput. Kami pulang. Sampai di rumah menjelang Ashar.
Selamat datang kembali di rumah. Rasa rindu kepada suasana rumah dan anak-anak terobati, setelah beberapa waktu tidak bertemu.
Baca Selengkapnya...

Kamis, Juli 17, 2008

Ucapan Terima Kasih

Aku sekeluarga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan moril, do'a, dan materil dalam perawatan isteriku di RS Persahabatan. Aku hanya berharap semoga perhatian, kelonggaran waktu, sharing informasi dan finansial yang telah dicurahkan untuk kesembuhan isteriku memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT, karena hanya Allah SWT yang bisa melakukan hal itu.
Kami sangat bersyukur kepada Allah SWT atas segala kemudahan yang diberikan-Nya kepada kami dan Ingin kami sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tuaku di Jambi atas do'anya dan Ibu yang telah merawat anak-anak kami selama kami dalam perawatan di RSP.
2. Pihak RS Persahabatan, khususnya Para Dokter dan Perawat di Ruang Soka Bawah atas pelayanan, senyum lembut yang tulus, kesabaran, dan segala bantuan yang kami terima.
3. Keluarga Besar dari Kota Malang dan Banyuwangi yang telah menyempatkan membezuk kami di RSP dan memberikan dukungan moril, do'a, dan bantuan finansial.
4. Keluarga Besar dari Bogor, Jakarta dan Kuningan yang menyempatkan diri berkunjung dan mendo'akan kesembuhan isteriku.
5. PT ASKES (khususnya di RSP) atas pelayanan yang ramah, jelas dan memudahkan. (Saya tidak berani membayangkan jika biaya perawatan ini tanpa bantuan PT ASKES).
6. Keluarga Bpk.Salim Panjaitan dan Keluarga Bpk. M.Hasan dari Tanjungbalai Asahan, dan keluarga Fauzi Nurrasyid (KPPN Tangerang) yang telah menyusuri jalan-jalan di Jakarta untuk bisa membezuk kami, dukungannya sangat mensupport kesehatan isteri.
7. Kawan-kawan satu almamater dari Ditjen Anggaran, Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Perimbangan Keuangan, Dit.Pengelolaan BLU, Dit. PPP, KPPN Jakarta II, dan Bagian Umum Ditjen Perbendaharaan yang telah meluangkan waktu membezuk kami dan memberikan dukungan moril, do'a, dan materil selama perawatan.
8. Kawan-kawan dari Kota Tanjungbalai yang selalu memonitor dari jauh, dan mendo'akan.
9. ustadz Slamet dan Eva (dari Klinik Thibbun Nabawiy, Matraman).
10. semua Pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu


Baca Selengkapnya...

KEMOTERAPI (2)

Rabu (16 Juli 2008), Jam 8.35 WIB, cairan infus (NaCL) yang sudah dicampur dengan obat-obatan kemoterapi I mulai dipasang di lengan kiri isteriku. Dokter dan Perawat yang mencampur dan memasang cairan kemo menggunakan pakaian khusus. Seperti astronot atau dokter ahli yang menangani flu burung. Menurut jadwal, cairan ini akan habis dalam waktu 3 jam. Kenyataannya, jam 12.35 cairan ini baru habis. Jam 12.35 WIB, dilakukan "pembilasan" dengan memasukkan cairan infus (NaCL) murni tanpa campuran obat-obatan kemo. Pembilasan ini direncanakan selama 3 jam. Jam 15.35 WIB cairan infus (NaCL) yang sudah dicampur dengan obat-obatan kemoterapi II mulai dialirkan lagi melalui pembuluh darah isteriku. Cairan kemo kedua ini habis pada jam 18.00. Cairan terakhir adalah
cairan pembilasan (NaCL) murni tanpa campuran obat kemo, yang direncanakan berlangsung minimal 8 jam (30 tetes per menit), tetapi ternyata cairan ini baru berakhir pada hari Kamis (17 Juli 2008) pukul 8 pagi.

Isteriku mengikuti anjuran untuk memperbanyak konsumsi jus buah. Alhamdulillah kondisi badannya tetap fit. Mungkin perlu kusampaikan di Blog-ku ini, sebagai alternatif, isteriku mengkonsumsi Tahitian Noni Juice (TNJ) sejak 25 Juni 2008. Satu botol harganya mencapai 488ribu. Lumayan Mahal menurutku, tapi sugesti isteriku berkata bahwa TNJ ini sangat berkhasiat untuk kesehatannya. Satu hari, isteriku mengkonsumsi 250ml sebelum sarapan dan 250ml sebelum tidur. dari referensi yang kubaca, TNJ ini dapat mematikan sel-sel kanker sekaligus membangun sel-sel baru yang telah dirusak oleh kanker. dari sumber yang sama disebutkan bahwa TNJ bisa meminimalisasi efek samping kemoterapi. Mungkin hal ini baru terbukti, isteriku nyaris tidak mengalami efek samping dari kemo (seperti mual, pusing, dll). Aku juga selalu berharap, kemoterapi ini tidak berdampak terhadap organ-organ tubuh yang lain isteriku, seperti yang dialami oleh beberapa pasien. Melalui SMS, aku mohon bantuan do'a dari keluarga dan kawan-kawan.

Kemo siklus II akan dijalani 21 hari dari sekarang, atau tanggal 5 Agustus 2008. Siang ini kami sebenarnya sudah diperbolehkan pulang. Tapi mungkin kami akan pulang paling cepat malam nanti atau besok pagi. Hari ini mungkin bisa digunakan isteriku untuk istirahat setelah kenyamanan tidurnya tadi malam terganggu oleh selang infus.
SELAMAT DATANG KEMBALI DI RUMAH.

Baca Selengkapnya...

KEMOTERAPI (1)

Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat kanker.

Kemarin (Selasa, 16 Juli 2006) aku memperoleh resep obat kemoterapi dari dokter yang merawat isteriku, . Resep ini kubawa ke loket Askes RS Persahabatan dengan melampirkan fotokopi SJP (Surat Jaminan Pelayanan) Rawat Inap, fotokopi kartu Askes Isteriku, dan Surat Persetujuan Penggunaan Obat yang tercantum dalam resep. Mas Adi, petugas di Loket Askes memberi informasi singkat tentang obat-obatan ini dan menyatakan bahwa obat-obatan ini tercantum dalam DPHO Khusus Askes. Mas Adi juga menegaskan bahwa aku tidak perlu mengeluarkan uang untuk obat-obatan kemo ini. Setelah urusan di Askes selesai, aku harus mendapatkan tanda tangan Direktur RSP sebagai pengesahan atas penggunaan obat-obatan kemo ini. Birokrasi di RSP sangat mendukung. Aku hanya menunggu sekitar 30 menit untuk mendapatkan tanda tangan Pejabat Tinggi di RSP ini.

Aku segera ke apotek diluar komplek RSP. Di Apotek Sana Medika yang terletak di Ruko sebelah Swalayan TipTop, Jalan Balai Pustaka Timur aku menunggu sekitar 1 jam. Obat-obatan kuperoleh. Aku meng-kalkulasi semua obat berdasarkan label HET pada box maisng-masing obat. Total hampir mendekati 15 juta rupiah!. Aku "hanya" mengeluarkan uang kurang dari 200ribu untuk membeli bahan pendukung (suntikan dll, selang infus, dan cairan infus). Semua obat dan bahan pendukung yang sudah kudapatkan kuserahkan kepada Penanggung Jawab Ruangan Soka Bawah. Bu Marsaulina, mengecek kelengkapan obat dan peralatan. Klir, semuanya lengkap. Pelaksanaan kemoterapi dijadwalkan dimulai besok (17 Juli 2008) pagi.
Baca Selengkapnya...

Selasa, Juli 15, 2008

Perjalanan Menuju Kemotherapi (Bag. 2)

Rumah Sakit Persahabatan (RSP) adalah sebuah rumah sakit yang terletak di Jakarta Timur, Indonesia. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang dibangun atas kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Rusia dan diresmikan pada tanggal 7 November 1963. Didirikan di atas lahan seluas kurang lebih 134.521 m2, merupakan rumah sakit rujukan nasional untuk penyakit respirasi (pernapasan). Fasilitas yang tersedia antara lain Rawat Jalan Asma, Rawat Jalan PPOK, TB DOTS Executive Room, Pusat Kesehatan Respirasi dan Layanan Spesialistik Terpadu Griya Puspa, fasilitas spirometri, bronkoskopi, torakoskopi, sleep apnea lab, bangsal respirasi, ruang isolasi, ruang kemoterapi, layanan laboratorium patologi klinik & mikrobiologi, patologi anatomi dll.

Isteriku dirawat di Ruang Soka Bawah (Kelas II) Kamar No.6 (sepertinya Ruang Soka ini lebih spesialistik untuk pasien yang mengidap berbagai penyakit paru-paru). Perlu kesabaran untuk memperoleh kamar di RSP ini. Wajar, karena sebagai pusat rujukan nasional, RS ini kebanjiran pasien yang bukan hanya dari Jakarta, tetapi juga dari kawasan hinterland (Botabek), Karawang, bahkan dari Luar Jawa.
Aku sendiri termasuk beruntung karena ketika daftar untuk rawat inap, kamar di kelas II tersedia untuk besok harinya.
Hari kedua di RSP ini, tugas isteriku adalah mengumpulkan urine selama 24 jam untuk diperiksa pada hari ketiga. Pemeriksaan rutin yang meliputi tekanan darah (tensi), suhu tubuh, dan kontrol dokter dijalani hampir setiap hari. Pemeriksaan pendukung meliputi CT-Scan, Rontgen, Bronkoskopi, USG, USG Abdomen, CT-Scan Colon, Pap Smear dll. juga dijalani. Pelajaran penting No.1: untuk menjalani kemotherapi Tahap Pertama ternyata harus melalui berbagai jenis pemeriksaan organ tubuh yang lain. MUngkin hal ini lebih difokuskan untuk mengetahui sampai sejauh mana metastasis (penyebaran) dari kanker, selain untuk mengetahui pusat kanker itu sendiri dalam tubuh pasien.

Hanya saja pemeriksaan demi pemeriksaan yang dilakukan tidak dijalani sekaligus. Semuanya harus melalui rentang waktu. Semula aku berfikir, idealnya ketika seorang pasien sudah didiagnosa kanker dan harus menjalani kemo, dibuatkan daftar pemeriksaan lainnya yang harus dijalani secara berurutan. Dan ini perlu dibakukan. Hal ini akan meringankan beban finansial dan psikis dari keluarga pasien dan keluarga pasien itu sendiri.

Jadi, yang membuat proses kemo pertama ini terasa SANGAT LAMA adalah proses menunggu hasil suatu pemeriksaan, yang kadang sampai dua atau tiga hari baru diketahui (khusus peserta ASKES Sosial) dan dilanjutkan dengan pemeriksaan lain. Aku sungguh tak tahu apakah ini prosedur baku. Pelajaran No.2 : Butuh kesabaran, finansial, dan ketahanan fisik untuk menjalani kemotherapi.

Aku menggunakan ASKES Sosial . Pelayanan yang kuterima-baik di Loket ASKES, maupun di RS Persahabatan pada umunya-kurasa bisa dibilang memadai. Hanya saja, butuh ekstra sabar ketika pemeriksaan pendukung (CT-Scan, Rontgen dll) dilakukan di Griya Puspa. Griya Puspa (menurutku) adalah layanan swasta RSP. Sangat bagus jika kita menyiapkan tujuh digit rupiah. Meskipun Manajemen RSP merujuk untuk mendapatkan tindakan di Griya Puspa dengan fasilitas ASKES, hasil dari pemeriksaan/tindakan baru diberikan paling cepat 2 hari setelahnya. sedangkan jika membayar cash, hasil pemeriksaan dan diagnosismnya dapat diberikan dalam waktu 3 jam setelah pemeriksaan. Perbedaan waktu yang fantastis!. Padahal, co-sharing ASKES yang dibayar oleh pasien untuk pemeriksaan di Griya Puspa cukup besar (untuk ukuran PNS). Idealnya, manajemen RSP mungkin bisa membuat kebijakan, misalnya untuk Pasien Rawat Inap RSP yang memeriksakan dirinya di Griya Puspa, hasil pemeriksaannya bisa diberikan dalam rentang waktu maksimal 24 jam. Pelajaran No.3: Sudah saatnya mengedepankan Nurani terhadap Pasien Rawat Inap dan Pasien Dhuafa.
Baca Selengkapnya...

Kamis, Juli 10, 2008

Perjalanan Menuju Kemoterapi (Bag. 1)

Tahun 2008, sejak Januari, merupakan masa yang penuh ujian, terutama bagi isteriku.
Semua berawal dari keluhan nyeri di bagian punggung disertai batuk-batuk sejak Desember 2007.

Januari 2008
Kami berobat kepada seorang dokter avasin di Bogor. Oleh dr. Rosmini Oesman, AV dilakukan terapi avasin, yaitu penggunaan alat tertentu untuk menotok beberapa bagian punggung. Untuk pengobatannya, diberikan beberapa jenis obat herba. Beliau juga menyarankan untuk foto rontgen dan pemeriksaan dahak.Kami melakukan foto rontgen di RS Islam Bogor. Pemeirksaan dahak dilakukan di Laboratorium Prodia Bogor.

Hasil foto rontgen saat itu menggambarkan adanya flek di paru kiri dengan diagnosa TBC, sedangkan hasil pemeriksaan dahak menyatakan bahwa tidak diketemukan bakteri tahan asam (BTA).Dokter Rosmini menyarankan agar mengikuti program TBC yang obatnya gratis di Puskesmas.


Februari
Isteriku ikut program TBC intensif katagori III di Puskesmas Semplak, Bogor dan mulai mengkonsumsi obat anti TBC (OAT) sejak 14 Februari 2008. Untuk perbandingan diagnosa, aku membawa isteriku untuk konsultasi ke dokter paru di RS Marzuki Mahdi (RSMM), Bogor. Dokter paru di RSMM, dr. Koko Harnoko, Sp.P menyarankan agar dilakukan CT-scan paru (thorax), dan terus mengkonsumsi OAT sampai diketahui diagnosis sebenarnya terhadap penyakit ini.

Maret
Salah satu hasil CT-scan thorax dari RS Palang Merah Indonesia (RS PMI) Bogor menyebutkan bahwa terdapat nodul (berukuran + 2x3x1cm) di paru bagian kiri. Isteriku didiagnosa tuberculoma. dr. Koko merujuk kami ke RS Penyakit Respirasi Nasional Persahabatan di Rawamangun, Jakarta Timur. Konsultasi rutin kami lakukan dengan dokter di RS Persahabatan dengan rata-rata frekuensi satu pekan sekali sampai Juni 2008.

April s.d. Mei
Setelah menjalani beberapa test diantaranya : rontgen, CTScan Thorax, Bronkoskopi, dan pemeriksaan cairan pleura, (TTNA gagal dilakukan karena posisi lesi terlalu jauh dan terlalu dekat dengan jantung), isteriku didiagnosa kanker paru.

Juni
Dari hasil pemeriksaan cairan pleura paru kiri, yang pada pengambilan pertama mencapai 600ml, isteriku didiagnosa adenocarcinoma Stadium IIIb. Untuk pembanding, kami memeriksakan cairan pleura dua minggu kemudian sebanyak 500ml ke laboratorium salah satu RS swasta di Bogor. Hasil pemeriksaan kedua dari RS swasta ini, isteriku juga dinyatakan positif adenocarcinoma.

Tanggal 18 Juni 2008, kami mulai menjalani rawat inap di RS Persahabatan untuk dilakukan kemotherapi.



Baca Selengkapnya...