Jumat, September 12, 2008

KANKER PARU (Bagian 4 dari 4)

PENGOBATAN dan PERAWATAN

Pengobatan Bedah
Hanya diindikasikan untuk KPKBSK stage I atau II atau untuk pengobatan paliatif yaitu pada kondisi mengancam nyawa misal batuk darah masif, distres pernapasan karena sindrom vena kava superior, nyeri hebat pada Pancoast tumor, nyeri hebat pada sindrom pleksus brakialis. Jika pada saat bedah didapat pembesaran KGB maka semua harus diangkat dan pada kasus pasca bedah dengan metastasis KGB mediastinal (N2) dipertimbangkan pemberian radioterapi dan/atau kemoterapi.

Bedah paliatif lain dilakukan oleh dokter bedah syaraf yaitu membuang tumor metastasis yang berupa soliter nodule di otak dan menimbulkan gangguan kualitas hidup penderita. Pilihan lain untuk tumor meta dikepala adalah menggunakan cyber knife yang sudah dapat dilakukan beberapa senter di Indonesia.

Bedah adalah terapi lokal dan dapat terjadi stage pre-bedah (cTNM) berbeda dengan diagnosis pasca-bedah. Jika terjadi perbedaan maka stage yang digunakan adalah stage pasca-bedah (pTNM) dan pilihan terapi tergantung pada hasil akhir.
Di RS Persahabatan untuk KPKBSK stage IIIA jika memungkinkan diberikan neoadjuvan therapy yaitu memberikan kemoterapi 2-3 siklus dilakukan pemeriksaan ulang untuk re-staging jika terjadi down staging atau tetap maka bedah dilakukan.

Radioterapi
Radioterapi atau iradiasi diberikan pada kasus stage III dan IV KPKBSK, dapat diberikan tunggal untuk mengatasi masalah di paru (terapi lokal) atau gabungan dengan kemoterapi. Radioterapi dapat diberikan jika sistem homeostatik (darah) baik yaitu:
• HB > 10 gr%
• Leukosit > 4.000/dl
• Trombosit > 100.000/dl

Dosis untuk kanker primer adalah 5.000 – 6.000 cGy dengan menggunakan COBALT atau LINAC dengan cara pemberian 200 cGy/x/hari, 5 hari dalam seminggu. Pemberian radiosensitiser dapat lebih meningkatkan respons irradiasi itu, misalnya dengan memberikan obat anti-kanker karboplatin, golongan taxan, gemsitabine, capecitabine dengan dosis sangat kecil sehingga tidak mempunyai efek sistemik. Radioterapi dapat diberikan sendiri (radiotherapy only) atau kombinasi dengan kemoterapi (konkuren, sekuensial atau alternating) meskipun sebagai konsekuensinya toksisiti menjadi lebih banyak dan sangat mengganggu.

Evaluasi renspons irradiasi dilakukan setiap setelah pemberian 10x (1.000 cGy) dengan foto toraks.
• Respons komplit : tumor menghilang 100%, iradiasi dapat dilanjutkan sampai selesai
• Respons sebagian/parsial : tumor mengecil <> 50%, irradiasi dapat dilanjutkan dan nilai kembali setelah 10x pemberian berikutnya.
• Tumor menetap/stabil : tumor mengecil <> 25% atau tumbuh tumor baru maka irradiasi harus dihentikan.

Pemberian irradiasi untuk KPKSK harus diberikan setelah pasien mendapat kemoterapi 6 siklus.

Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis histologis kanker paru.
• Kemoterapi untuk KPKSK
• Kemoterapi adalah terapi pilihan untuk KPKSK stage terbatas atau stage luas. Tambahan radiasi kepala dilakukan setelah kemoterapi 6 siklus.
• Kemoterapi untuk KPKBSK berdasarkan stage. Kemoterapi dapat diberikan pada semua stage tetapi pada stage I dan II pascabedah kemoterapi ditentukan berdasarkan stage pascabedah. Kemoterapi untuk KPKBS stage III dan IV merupakan terapi paliatif. Stage I dan II yang inoperable cases ( PS buruk atau tidak bersedia di operasi atau ada kontraindikasi untuk operasi) dapat dianjurkan kemoterapi dan sebaiknya dipertimbangkan pula radioterapi.

Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain: keadaan umum baik skala karnofsky >70), fungsi hati, ginjal dan sistem homeostatik (darah) baik dan masalah finasial dapat diatasi. Syarat untuk hemostatik yang memenuhi syarat adalah ;
• HB > 10 gr%
• Leukosit > 4.000/dl
• Trombosit > 100.000/dl

Toksisiti kemoterapi
Evaluasi toksisiti non-hematologik segera setelah pemberian kemoterapi dimulai, toksisiti itu dinilai tingat keparahannya berdasarkan skala toksisiti WHO sedangkan toksisiti hematologik sebaiknya dilakukan setiap 1 minggu. Berat ringannya toksisiti akan mempengaruhi jadwal pemberian kemoterapi berikutnya. Toksisiti non-hematologik yang paling sering timbul
• Mual dan muntah
• Diare
• Neuropati
• Alopesia

Toksisiti hematologi grade III/IV harus segera dikoreksi untuk menghindarkan terjadinya neutropenia fever yaitu demam pada pasien dengan neutrofil <> 2 minggu.

Rejimen kemoterapi
Kemoterapi untuk kanker paru minimal berupa rejimen yang terdiri dari lebih dari 1 obat anti-kanker dan diberikan dengan siklus 21 atau 28 hari setiap siklusnya.

Kemoterapi untuk KPKSK diberikan sampai 6 siklus dengan ”cisplatin based” rejimen yang diberikan :
• Sisplatin + etoposid
• Sisplatin + irinotekan (CPT-11)
• Pada keadaan tertentu sisplatin dapat digantikan dengan karboplatin dan irinotekan digantikan dengan dosetaksel.

Kemoterapi untuk KPKBSK dapat 6 siklus (pada kasus tertentu diberikan sampai lebih dari 6 siklus) dengan ”platinum based” rejimen yang diberikan sebagai terapi lini pertama (first line) adalah :
• Karboplatin/sisplatin + etoposid
• Karboplatin/sisplatin + gemsitabin
• Karboplatin/sisplatin + paklitaksel
• Karboplatin/sisplatin + dosetaksel

Respons kemoterapi
Respons kemoterapi dapat dinilai dari 2 sisi, dari pasien disebut dengan respons subyektif dan dari penyakitnya atau tumornya disebut dengan respons obyektif.

Respons subyektif..
Penilaian respons subyektif dilakukan setiap akan memberikan siklus kemoterapi berikutnya. Respons yang dinilai adalah apakah terjadi pertambahan berat badan dan/atau penurunan keluhan akibat tumornya.

Respons obyektif yaitu menilai respons pada tumor primernya.
Respons obyektif kemoterapi dilakukan minimal setelah pemberian 2 siklus ( H -1 siklus ke 3) dengan foto toraks. CT-scan dilakukan untuk menilai respons objektif setelah 3 siklus ( H -1 siklus ke 4).

Respons obyektif menggunakan kriteria
• Respons komplit (CR = complete response) jika tumor hilang 100% dan menetap dalam 3 minggu
• Respons sebagian (PR = partial response) jika tumor mengecil <> 50% dan menetap dalam 3 minggu
• Menetap (SD = stable diseases) jika tumor mengecil < pd =" progressive"> 25% atau tumbul tumor atau metastasis baru.

Sikap Untuk Evaluasi Kemoterapi
Penilaian dari evalausi respons kemoterapi harus mewakili respons subyektif dan obyektif.

Pada KPKSK jika pada evaluasi pertama (setelah pemberian 3 siklus menjelang pemberian siklus ke-4) terdapat CR/PR kemoterapi dilanjutkan sampai 6 siklus, jika terdapat SD/PD evaluasi ulang hasil pemeriksan patologi anatomi, apakah benar KPKSK??

Pada KPKBSK jika pada evaluasi pertama (setelah pemberian 3 siklus menjelang pemberian siklus ke-4) terdapat CR/PR atau SD tetapi respons subyektif baik maka kemoterapi dapat dilanjutkan sampai 6 siklus. Jika respons kemoterapi PR meskipun respons subyektif baik maka kemoterapi tetap dapat diberikan dengan memberikan rejimen yang berbeda atau lini kedua (second line).

Targeted Therapy.
Targeted therapy adalah obat kanker yang menggunakan reseptor untuk membunuh sel kanker, yang telah digunakan luas saat ini adalah obat yang bekerja sebagai TKI (tirosin kinase inhibitor). Seperti erlotinib dan gefitinib, obat golongan ini lebih sederhana cara pemberiannya dan ringan efek sampingnya, tetapi pemanfaatannya sebagai terapi lini pertama (first line) masih perlu pembuktian lebih lanjut.
Penggunaan obat obat lain misal imunoterapi, herbal medicine, chinese traditional medicine, dll masih dalam penelitian dan belum menjadi standar pengobatan kanker paru.

NUTRISI PASIEN KANKER
Mengatur diet termasuk “urusan penting” dalam pencegahan dan pengobatan kanker, tetapi masih banyak yang kurang menyadari atau kurang disiplin menjalaninya. Penyebabnya banyak. Mungkin memang belum tahu. Mungkin kurang ditekankan oleh dokter. Atau sebenarnya dokter sudah menyarankan untuk berdiet tapi tidak dihiraukan karena dianggap tidak terlalu penting. Mungkin juga bosan, tidak telaten, atau kehilangan selera makan.
Tetapi setelah tahu bahwa kanker ternyata penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi dan kencing manis, tentunya kita menjadi sadar tentang pentingnya mengatur pola makan untuk memerangi kanker, seperti sadarnya penderita tekanan darah tinggi untuk tidak makan sate kambing dan minum kopi, atau sadarnya penderita diabetes untuk tidak terlalu banyak makan dan minum yang manis-manis.

Pantangan Bagi Pejuang Kanker
Saat ini dikenal berbagai macam diet untuk pejuang kanker. Ada diet yang “umum” seperti yang selama ini dikenal dan diikuti kebanyakan orang, dan sekarang banyak pula yang mengikuti pola diet “food combining”, diet sesuai golongan darah, maupun diet jenis lain.
Menurut Ny. Ning Harmanto dan beberapa sumber lain, dalam berdiet ada pantangan-pantangan yang harus dihindari pejuang kanker:
Makanan yang menimbulkan alergi (merangsang produksi lendir yang merupakan “makanan” kanker).
Sayuran: tauge (meningkatkan daya tumbuh kanker), sawi putih, kangkung (mengurangi daya serap obat), cabai (meningkatkan aktivitas bawah sadar sehingga menghabiskan persediaan oksigen).
Buah: lengkeng, nangka (meningkatkan daya tumbuh kanker), nanas, anggur, durian, duku (mengandung alkohol).
Minuman: es (menghambat sirkulasi darah), alkohol (meningkatkan aktivitas bawah sadar), softdrink (karsinogen), kopi, coklat, susu (merangsang lendir dan membuat tubuh bersifat asam).
Seafood: udang, kerang, cumi2, kepiting (tinggi lemak).
Daging: kambing, sapi, kerbau, babi (berlemak dan membuat tubuh asam), ayam negeri, bebek, kalkun, burung (disuntik hormon pertumbuhan, berlemak), terutama kulit dan jerohan (tempat berkumpulnya racun-racun).
Makanan yang dipanggang, dibakar, dan digoreng dengan minyak jelantah atau sampai gosong. Makanan serta minuman yang mengandung pengawet, pewarna, perasa, dan zat-zat kimia buatan. Kesemuanya memicu kanker.

Makanan Yang Dianjurkan
Selain menghindari berbagai makanan dan minuman yang menjadi pantangan, yang tidak kalah pentingnya adalah mengkonsumsi makanan dan minuman yang menjadi anjuran. Jenis makanan ini dianjurkan karena mengandung zat-zat yang secara langsung maupun tidak langsung membantu menghancurkan kanker, mencegah kanker menyebar, mencegah terbentuknya sel kanker, mencegah sel sehat berubah menjadi sel kanker, atau mengembalikan sel kanker menjadi sel sehat kembali.
Jenis makanan dan minuman yang dianjurkan untuk dikonsumsi tersebut di antaranya:
Sayuran berwarna hijau tua: bayam, brokoli, sawi hijau, kailan, katuk, kenikir, pegagan, daun dewa, sambungnyawa, dll.
Sayuran berwarna hijau muda
: selada, selada air, daun bawang.
Sayuran berwarna terang: kubis, bunga kol, lobak, wortel, kentang, rebung, ubi, dll. +
Sayuran buah: tomat, terong, gambas, mentimun, pepaya, labu siam, kacang-kacangan, jagung, dll.
Buah-buahan: apel Malang/hijau, pepaya, tomat, jeruk, jambu biji, mangga, dll.
Aneka jamur. Beras, sayuran, dan buah sebisa mungkin yang organik.
Lauk-pauk: kacang-kacangan, tempe, tahu, ikan, telur ayam kampung, ayam kampung.
Air: gunakan air suling atau air yang dijernihkan dengan penjernih air berkualitas untuk segala keperluan masak-memasak.

Cara Penyajian
Cara memasak dan menyajikan makanan juga memegang peranan penting. Sejauh memungkinkan sebaiknya bahan makanan kita dalam kondisi segar/baru, 80% di antaranya dikonsumsi dalam kondisi segar dan mentah, terutama sayuran dan buah-buahan. Pejuang kanker dianjurkan setiap hari meminum jus buah dan sayur dari 1 kg bahan (wortel, apel, tomat, bayam, brokoli, dsb dijus tanpa air). Ini meningkatkan kadar antioksidan dan enzim-enzim tubuh untuk membunuh sel kanker. Jus harus diminum segera setelah dibuat (maksimum 10 menit), tidak boleh dimasukkan kulkas.
Makanan yang tidak memungkinkan dikonsumsi mentah sebaiknya dikukus, ditim, dipepes, ditumis, atau disayur. Penggunaan minyak dibolehkan tapi dibatasi, dan harus minyak baru.
Untuk memasak dan menyajikan hidangan gunakan alat dari stainless steel, keramik, atau kaca, jangan menggunakan alumunium, teflon, atau plastik.

Sumber Tulisan:
www.klikpdpi.com
www.rumahkanker.com
www.canhope.com.sg
dll.

Tidak ada komentar: