Rabu, September 03, 2008

Optimisme baru dari Hotel Raja'in Bogor (Rabu, 30 Juli 2008)

Aris Ahmad Jaya, trainer self motivator dari ABCo Bogor, pengarang buku 30 hari mencari jati diri hari ini mengundang kami untuk hadir memberikan sebuah testimoni dihadapan +/- 300 orang peserta di Hotel Raja’in, Jalan Pajajaran Kota Bogor.

Sebenernya acara dimulai jam 9.00 pagi, tapi karena pagi itu kami harus hadir di acara pertemuan orang tua murid TK Islam Qurrota’aini Baitussalam, kami baru bisa meluncur ke lokasi ba’da dzuhur. Hotel Rajain berjarak 6 km dari Bogor Raya Permai.


Kami diperkenalkan dengan Pak Aris ini oleh seorang temen pada awal Juni Tahun ini. Waktu itu, kami memang sedang mencari solusi mengatasi rasa sakit yang diderita isteri tanpa menggunakan obat. Kekuatan Sugesti-lah Saat itu kami diundang untuk mengikuti kegiatan suggestion power di sebuah Café di Jalan Pajajaran Kota Bogor. Gratis. Padahal untuk mengikuti kegiatan ini minimal perlu modal 500rb., Pak Aris mengajarkan untuk memanfaatkan suggestion power melalui olah tapping diri, sambil meyakinkan diri dengan cara melafalkan bahwa sebenernya apapun yang terjadi adalah kehendak Allah SWT, dan harus ikhlas menerimanya.

Tapping ini meliputi diantaranya melakukan ketukan beberapa kali pada beberapa bagian tubuh mulai dari kepala, wajah, tangan, dada, dll disertai dengan pengakuan keikhlasan atas cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Tidak ada waktu khusus untuk melakukan tapping ini. Tapi Ike melakukannya biasanya setelah sholat fardhu. Waktu yang dibutuhkan antara 10 s.d. 30 menit.
Berdasarkan pengakuan Ike, setiap selesai melakukan tapping ini, rasa sakit yang sebelumnya sangat dirasa, dan kekhawatiran pada hal-hal yang belum tentu terjadi di masa datang, menjadi hilang. INtinya apapun yang akan terjadi, ada keihlasan dalam menerimanya. Saat ini aku merasa bahwa metode tapping ini berhasil, setidaknya menghilangkan rasa sakit, dan sekaligus menghilangkan kekhawatiran terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi di masa yang akan datang.

Hari ini di Hotel Raja’in Bogor, Dari suasana yang ada, aku yakin para peserta sangat antusias mengikuti acara ini. Hal ini dibuktikan dengan acara yang berlangsung secara interaktif.
Dalam testimony dihadapan para peserta itu, Ike hanya menyampaikan bahwa cobaan berat berupa kanker paru-paru stadium 3b yang dialaminya adalah kehendak Allah SWt dan Ike ikhlas menerimanya. Bagaimana menikmati hidup dengan kondisi seperti ini? Dirawat di RS dalam waktu yang belum pasti, meninggalkan anak-anak yang masih kecil sekian lama, menahankan rasa sakit yang tiap hari menyerang; Ike menyerahkan urusan ini sepenuhnya pada Sang Maha Kuasa, ikhtiar medis tetap dilakukan. Untuk terapi non medis, mulai dari makanan sampai obat-obatan dilafazkan dan didahului dengan do’a untuk kesembuhan.

Dalam acara ini pula, Aris Ahmad Jaya-sang peneliti suggestion power- ingin membuka empati para peserta, tidak hanya terhadap Ike, tetapi juga terhadap orang lain diluar forum ini. Selain itu, Beliau juga ingin agar optimisme peserta bangkit, apapun “penderitaan “ yang dialami, Karena dengan optimisme itu nilai-nilai kesyukuran dapat terbangun dari setiap individu. Tidak melupakan Sang Khalik dalam suka maupun duka.

Dalam acara ini, hadirin juga diperkenalkan dengan Bpk. Ukim Komaruddin, seorang wakil kepala SMP Labschool Kebayoran yang mengarang buku “Menghimpun yang Berserak.” Beliau sangat bersahaja, Friendly, sama sekali Beliau tidak menampakkan bahwa Beliau adalah orang nomor 2 di Labshool. Kayaknya naïf kalau akademisi di Jakarta tidak mengenal Labschool, sebuah sekolah papan atas di Ibukota ini. Beliau justru mengakui bahwa beliau belajar kesederhanaan dari murid-muridnya yang notabene adalah anak-anak orang kaya. Pelajaran yang bisa kuambil dari buku yang dikarangnya adalah bahwa kita harus selalu berkaca diri ketika kita “merasa jadi orang penting” di lingkungan kita, bukan malah takabur dan meremehkan orang lain. Justru seharusnya perasaan “jadi orang penting” itu kita enyahkan jauh-jauh.
Kita juga bisa banyak belajar dari kesederhanaan orang lain, dari sikap orang lain, dan dari perbuatan orang lain, sehingga tidak akan ada perasaan bahwa kita adalah orang yang paling baik atau orang yang paling penting, atau orang yang paling bener sendiri.

Sebuah pencerahan baru untuk membuka cakrawala kemanusiaan yang kadang terlupakan…

Tidak ada komentar: