Kamis, September 18, 2008

KEMOTERAPI KETIGA

(RS PERSAHABATATAN, 24 Agustus s.d. 1 September 2008)


Kondisi Ike tiga hari terakhir ini menjelang kemoterapi yang ketiga ini kulihat memang kurang fit. Namun kami tetap memenuhi ketentuan jadwal kemo. Prosedur yang dijalani untuk kemoterapi ketiga ini, sama dengan kemo yang kedua. Didahului dengan pemeriksaan terhadap urine yang ditampung selama 24 jam, dan pemeriksaan daerah. Kemo dilakukan pada hari Selasa (26/8). Obat-obatan yang diberikan juga sama (paclictaxel dan carboplatin).

Namun, effek yang dirasakan ternyata lebih berat dari kemoterapi sebelumnya. Satu hari paska kemo, Ike mual-mual, diare dan beberapa kali muntah, meskipun sebelum kemo telah di-injeksikan obat anti mual Ranitidine. Dokter Hezza memberikan resep New diatabs untuk anti diare tapi aku lupa obat anti muntahnya.


Sampai dua hari setelah kemo, kondisi Ike masih lemah. Itulah sebabnya dokter tidak mengizinkan kami pulang. Biasanya dua hari setelah kemo, kami diizinkan untuk pulang.
Tanggal 30 Agustus 2008, dokter melakukan punksi pleura (pengambilan cairan di paru-paru). Ini adalah punksi yang ketujuh sejak bulan Juni lalu. Pada pengambilan cairan ini, diperoleh 1000ml berwarna kehitaman. Kami selalu berharap, ketika diare do’a kami adalah semoga penyakit yang ada didalam tubuh Ike keluar bersama dengan diare-nya. Demikian juga ketika melihat cairan yang berwarna agak hitam itu, kami pun berdo’a semoga sel-sel kanker, sel-sel yang sudah dirusak kanker, dan penyakit-penyakit yang diakibatkan cairan itu, keluar bersama cairan pleura.
Hari ini, akhir Agustus 2008, dokter Hezza berdialog empat mata denganku. Dia memberitahukan progress kemoterapi dari yang pertama sampai yang ketiga ini. Aku tak akan menceritakan pembicaraan itu di blog ini. Aku hanya berharap, bantuan do’a dari pembaca untuk kesembuhan Ike. AKu yakin, do’a para pembaca mempunyai kekuatan yang maha dahsyat dari Sang Khalik untuk menyembuhkan kanker paru Ike, dan sekaligus bisa mematahkan teori kedokteran yang disampaikan oleh dr.Hezza.

Ramadhan di RS Persahabatan
Ahad 31/8, hari terakhir bulan Sya’ban 1429H. Kami belum juga diperbolehkan pulang. Harus kuakui, hari ini aku ingin segera keluar dari RS ini, mengawali Ramadhan besok dengan anak-anak di rumah Bogor. Tapi memang kondisi Ike belum memungkinkan karena hari-hari ini masih dalam masa pemulihan efek paska kemo. Entahlah, hari ini ada rasa sedih yang biasanya tidak kurasakan. Rasa rindu dengan anak-anak benar-benar menjadi beban yang menggelayut, apalagi besok Ramadhan. Ramadhan ini, kami ingin mengajarkan berpuasa pada si kembar. Kami juga ingin memonitor tadarusannya Ghifary, hal yang rutin dilakukan ketika Ramadhan. Ah, memang harus bersabar menghadapai ujian ini…..

Ahad malam, Masjid RS Persahabatan melaksanakan sholat tarawih 8 rokaat plus witir 3 rakaat. Full. Dinihari, tidak sulit untuk mencari tempat dan menu makan sahur. Di dalam RS ada kantin dengan berbagai menu yang buka 24 jam selama Ramadhan. Kalau mau pilihan lain, banyak warung tempat makan di luar areal RSP. Untuk kebutuhan jasmani, di RSP ini cukup memadai dan sangat membantu ketika menjalankan puasa.

Di moment Ramadhan ini, ketika do’a gampang terkabul, aku memohon pada Allah SWT agar penyakit yang diderita isteriku segera dihilangkan. AKu juga memohon semoga ketabahan, kesabaran, dan ketawakkalan selalu bersama kami dalam menjalani ujian ini.
"Allahumma robban naas, adzhibil ba’sa wasyfi Anta syafi. Laa syifaa’a illa syifa uka.
Syifaan la yughodiru saqoma."

“Ya Allah Tuhan (Pemelihara) Manusia, Hilangkan rasa sakit ini dan sembuhkanlah. Engkaulah Dzat yang Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan selain kesembuhan dari –Mu. Kesembuhan yang tidak mendatangkan penyakit.”

Selasa (3/9) kami diizinkan pulang ke Bogor setelah kondisi Ike memungkinkan untuk itu. Tapi protocol RS mengharuskan kami kembali untuk CT scan Thorax pada tanggal 11 September.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Mas ...
Speechless rasanya, ...
Satu hal yang pasti, ga banyak orang seperti mas, dan kekuatan doa memang tidak akan pernah ada batasnya.

Anonim mengatakan...

Trima kasih, Saudaraku.
Pembelajaran tentang makna hidup sangat mungkin kita dapat melalui orang lain, Saya banyak mendapat pembelajaran dari orang lain. Mungkin itulah salah satu manfaat silaturahim. Untuk lebih merasakan manfaat itu, saya mohon tidak berkeberatan kiranya Saudaraku memberikan informasi tentang jati diri saudaraku ini. Mohon maaf sebelumnya dan terima kasih.