Selasa, Juli 15, 2008

Perjalanan Menuju Kemotherapi (Bag. 2)

Rumah Sakit Persahabatan (RSP) adalah sebuah rumah sakit yang terletak di Jakarta Timur, Indonesia. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang dibangun atas kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Rusia dan diresmikan pada tanggal 7 November 1963. Didirikan di atas lahan seluas kurang lebih 134.521 m2, merupakan rumah sakit rujukan nasional untuk penyakit respirasi (pernapasan). Fasilitas yang tersedia antara lain Rawat Jalan Asma, Rawat Jalan PPOK, TB DOTS Executive Room, Pusat Kesehatan Respirasi dan Layanan Spesialistik Terpadu Griya Puspa, fasilitas spirometri, bronkoskopi, torakoskopi, sleep apnea lab, bangsal respirasi, ruang isolasi, ruang kemoterapi, layanan laboratorium patologi klinik & mikrobiologi, patologi anatomi dll.

Isteriku dirawat di Ruang Soka Bawah (Kelas II) Kamar No.6 (sepertinya Ruang Soka ini lebih spesialistik untuk pasien yang mengidap berbagai penyakit paru-paru). Perlu kesabaran untuk memperoleh kamar di RSP ini. Wajar, karena sebagai pusat rujukan nasional, RS ini kebanjiran pasien yang bukan hanya dari Jakarta, tetapi juga dari kawasan hinterland (Botabek), Karawang, bahkan dari Luar Jawa.
Aku sendiri termasuk beruntung karena ketika daftar untuk rawat inap, kamar di kelas II tersedia untuk besok harinya.
Hari kedua di RSP ini, tugas isteriku adalah mengumpulkan urine selama 24 jam untuk diperiksa pada hari ketiga. Pemeriksaan rutin yang meliputi tekanan darah (tensi), suhu tubuh, dan kontrol dokter dijalani hampir setiap hari. Pemeriksaan pendukung meliputi CT-Scan, Rontgen, Bronkoskopi, USG, USG Abdomen, CT-Scan Colon, Pap Smear dll. juga dijalani. Pelajaran penting No.1: untuk menjalani kemotherapi Tahap Pertama ternyata harus melalui berbagai jenis pemeriksaan organ tubuh yang lain. MUngkin hal ini lebih difokuskan untuk mengetahui sampai sejauh mana metastasis (penyebaran) dari kanker, selain untuk mengetahui pusat kanker itu sendiri dalam tubuh pasien.

Hanya saja pemeriksaan demi pemeriksaan yang dilakukan tidak dijalani sekaligus. Semuanya harus melalui rentang waktu. Semula aku berfikir, idealnya ketika seorang pasien sudah didiagnosa kanker dan harus menjalani kemo, dibuatkan daftar pemeriksaan lainnya yang harus dijalani secara berurutan. Dan ini perlu dibakukan. Hal ini akan meringankan beban finansial dan psikis dari keluarga pasien dan keluarga pasien itu sendiri.

Jadi, yang membuat proses kemo pertama ini terasa SANGAT LAMA adalah proses menunggu hasil suatu pemeriksaan, yang kadang sampai dua atau tiga hari baru diketahui (khusus peserta ASKES Sosial) dan dilanjutkan dengan pemeriksaan lain. Aku sungguh tak tahu apakah ini prosedur baku. Pelajaran No.2 : Butuh kesabaran, finansial, dan ketahanan fisik untuk menjalani kemotherapi.

Aku menggunakan ASKES Sosial . Pelayanan yang kuterima-baik di Loket ASKES, maupun di RS Persahabatan pada umunya-kurasa bisa dibilang memadai. Hanya saja, butuh ekstra sabar ketika pemeriksaan pendukung (CT-Scan, Rontgen dll) dilakukan di Griya Puspa. Griya Puspa (menurutku) adalah layanan swasta RSP. Sangat bagus jika kita menyiapkan tujuh digit rupiah. Meskipun Manajemen RSP merujuk untuk mendapatkan tindakan di Griya Puspa dengan fasilitas ASKES, hasil dari pemeriksaan/tindakan baru diberikan paling cepat 2 hari setelahnya. sedangkan jika membayar cash, hasil pemeriksaan dan diagnosismnya dapat diberikan dalam waktu 3 jam setelah pemeriksaan. Perbedaan waktu yang fantastis!. Padahal, co-sharing ASKES yang dibayar oleh pasien untuk pemeriksaan di Griya Puspa cukup besar (untuk ukuran PNS). Idealnya, manajemen RSP mungkin bisa membuat kebijakan, misalnya untuk Pasien Rawat Inap RSP yang memeriksakan dirinya di Griya Puspa, hasil pemeriksaannya bisa diberikan dalam rentang waktu maksimal 24 jam. Pelajaran No.3: Sudah saatnya mengedepankan Nurani terhadap Pasien Rawat Inap dan Pasien Dhuafa.

Tidak ada komentar: