Senin, Juli 28, 2008

Satu Hari di UGD

Hari Ahad (27 Juli 2008), Ike dibawa ke Unit Gawat Darurat RS Persahabatan, setelah dini hari merasakan sedikit sesak di bagian dada. Ada beberapa pertimbangan kami mengapa Ike dibawa ke RS Persahabatan di Jakarta Timur, yang letaknya relatif jauh dari Bogor.


Jam 8 pagi kami berangkat ke Jakarta dengan menggunakan KRL Ekonomi AC. Jadwal Pakuan yang interval biasanya 15 s.d. 30 menit, tidak berlaku untuk hari Ahad atau hari Libur. Beberapa keberangkatan Pakuan Bogor ke Jakarta memang dibatalkan pada hari libur.
Setelah menempuh perjalanan +/- 55 menit, kami sampai di Stasiun Cikini. Dari stasiun ini, kami menggunakan Taksi ke RS Persahabatan. Hari Ahad memang kondusif untuk melakukan perjalanan di Jakarta. Hari-hari kerja yang biasanya macet, tidak kami alami pada hari Ahad ini. Sekitar 15 menit, kami sudah tiba di UGD RS Persahabatan.

Di UGD, aku mendaftarkan di Bagian Pendaftaran Pasien UGD dengan melampirkan fotokopi kartu Askes Ike. Setelah membayar biaya pendaftaran sebesar Rp5.000,-, aku kembali meng-konfirmasi pembayaran itu ke loket pendaftaran. Setelah itu, aku mencari ranjang dorong sendiri. Memang begitu prosedurnya.

Baru kali ini aku masuk ke Ruangan UGD. Semua tempat tidur penuh oleh Pasien UGD, dan Pasien lain yang belum memperoleh kamar untuk rawat inap. Ada 3 orang bayi yang dirawat di ruangan itu, selain Pasien dewasa. Sangat perlu menggunakan masker di tempat seperti ini, untuk jaga-jaga supaya tidak tertular penyakit. Aku meperhatikan personil perawat dan dokter di ruangan ini, mereka sangat (dituntut) untuk cekatan dan ekstra sabar. Bisa dibayangkan betapa sibuknya ketika hanya 3 orang dokter dan 3 orang perawat menangani puluhan pasien di satu ruangan yang penuh dengan peralatan medis.

Hal Pertama yang dilakukan terhadap Ike adalah memasang botol infus. Beberapa cc darah juga diambil untuk dibawa ke Laboratorium UGD. Sambil menunggu hasil test darah yang lamanya 2 jam, aku menyiapkan Ike untuk di-foto rontgen. Hasil foto menunjukkan bahwa terdapat cairan pleura, persis seperti gambar pada tanggal 9 Juli lalu - yang aku ambil dari Ruang Soka Bawah, tempat Rawat Inap Ike. Petugas di Loket Pendaftaran dan Petugas Rontgen sangat membantu. Aku juga diberi resep oleh dokter yang isinya peralatan untuk pungsi (pengeluaran cairan pleura). Peralatan ini tidak ditanggung Askes.

Setelah hasil laboratorium atas test darah kuambil pada jam 2, Ike dipindahkan ke ruangan tindakan untu dilakukan pungsi dengan bius lokal di bagian punggung. Selama hampir setengah jam, cairan yang diambil mencapai 1,5 liter. Setelah di ambil, Ike merasakan plong di bagian dada yang tadi malam sesak. Tapi rasa nyeri di bagian dada itu masih ada. Jam 5 sore, setelah pungsi, silaturahmi ke Soka Bawah, dan sholat ashar, kami pulang ke Bogor. Supaya agak santai, kami menggunakan Pakuan terakhir dari Stasiun Gondangdia.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

semoga lekas sembuh Mba...!!! Kami kangen tuk kumpul kembali. Kadang pingin telpon, tapi sering gak tega. Kami terus doakan. Mas, isi blog saya print dan di tempel di DPD biar ikhwah/akhwat turut mendoakan.

Mas Saenan mengatakan...

Terimakasih, Zis. isikan nama pada pilihan anonim untuk mencatumkan nama pemberi komentar. Dini hari tadi ada sms dari Ust Aswin, ibu Beliau meninggal. Allahummaghfirlaha, warhamha, wa'afiha, wa'fu 'anha. Salam untuk kawan2 di Tanjungbalai